Mahasiswi Pascasarjana Maknai Qurban dari Dimensi Teosentris & Antroposentris

Qurban

Oleh, Firda Khairunnisaa & Alfi Mar’atul Khasanah

Jum’at, 24/07/2020, Universitas Darussalam Gontor Divisi Mantingan mengadakan FNL atau Friday Night Lecture dengan tema Fiqh Qurban. Acara ini merupakan hasil kerja sama antara Staf Islamisasi Unida Gontor Putri dan Dema Pascasarjana Unida Gontor Putri. Hadir sebagai pemateri Al-Ustadz Dr. Nur Hadi Ihsan MIRKH dan Al-Ustadz Dr. Asif Trisnani Lc, M.A dan diikuti oleh seluruh mahasiswi Unida Gontor Putri baik mahasiswi Strata 1 maupun Strata 2. “Yang dimaksud dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah melihat segala sesuatu melalui kaca mata Islam dengan baik dan benar” ujar Al-Ustadz Dr. Nur Hadi Ihsan MIRKH dimuka acara.

Seminar Fiqh Qurban Oleh Dr. Asif Trisnani Lc, M.A

Qurban merupakan ritual penyembelihan binatang, namun dalam Islam tak hanya berpacu pada makna ritual semata. Dimensi ritual ini haruslah dilihat dari dimensi spiritual dan sosial.

Ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah terpanjang dalam Islam, karena ia muncul sejak awal adanya kehidupan manusia di bumi. Cerita tentang Qurban in dimuali dari kisah kedua anak Nabi Adam, Qhabil dan Habil.

۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧

27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”

Dari ayat tersebut dapat di ambil visualisasi terkait Qurban yang terbagi menjadi dua dimensi. Pertama yaitu dimensi ketaqwaan dan kedua adalah dimensi kesombongan. Dan taqwa merupakan dimensi terkuat diterimanya sebuah Qurban. Manusia sejatinya tidak akan pernah bisa terlepas dari berqurban, karena ia merupakan perintah. Hal ini sesua dengan firman Allah,

وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ ٣٤

34. Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)

Secara etimologis kata Qurban berasal dari kata Qaruba-Yaqrubu-Qurban wa Qurbana wa Qurbatan, yang artinya mendekatkan. Dapat disimpulkan bahwa Qurban merupakan sebuah ritual yang mendekatkan diri kepada Allah. Dan Hari Raya Idhul Adha (Idhul Qurban) merupakan suatu hari dimana umat Islam melakukan ritual menyembelih binatang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Kuntowijoyo, seorang sejarawan Indonesia pernah berkata, bahwa ada dua carapandang dalam sejarah yaitu secara pregmatis yang artinya hanya menjadikannya sebagai cerita belaka yang diulang-ulang. Dan kedua adalah filosofis, yaitu menjadi bagian yang selalu terjadi disekitar manusia. Dan Qurban haruslah dimaknai secara filosofis pula. Sebagai seorang muslim haruslah kita hadirkan visualisai Qurban dalam keseharian kita. Karena dengan berqurban mampu mendekatkan diri kita kepada ketaqwaan. Dan ketaqwaan mampu menciptakan keberkahan.

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik

Sebegitu besarnya manfaat dari berqurban, hingga dikisahkan sejak awal mula adanya Qurban di masa Nabi Adam Alayhissalam. Dimana hanya qurban milik Habillah yang diterima, karena ia berasakan pada ketaqwaan. Lalu kemudian terjadi pula pada masa Nabi Ibrahim Alayhissalam. Ketika diperintahkan untuk mengkorbankan anaknya Nabi Ismail Alayhissalam. Dan karena ketaqwaan mereka kepada Rabbnya, hingga akhirnya perintah itupun dilaksanakan. Dan dari ketaqwaan yang mereka jalani tersebut Allah berikan nikmatnya. Hingga akhirnya syariat berqurban lahir pada zaman Rasulullah Shalallahu Alayhiwassalam. Membuktikan bahwa suatu keberkahan akan sampai ditangan manusia apabila mereka melakukan ketaqwaan, dan salah satunya adalah melalui qurban.

Selain itu, Qurban pun memiliki dimensi sosial yang sangat penting. Dengan berqurban, seseorang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang sedang kekurangan. Menumbuhkan sifat saling berbagi satu sama lain. Menumpulkan ego. Dan membunuh sifat kebinatangan dalam diri manusia. Selama ia ikhlas menjalankannya. Karena hasil dari berqurban ada dua, yaitu menjadikan dia sebaik baik manusia yang bertaqwa (في أحسن التقويم)  atau menjadikannya serendah-rendahnya manusia (أسفل سافلين).