Peran Ilmu Aqidah untuk Memperkuat Iman Umat

Oleh: Alhafidh Nasution

Editor: Fahman

Aqidah secara etimologi diambil dari kata ’aqada – ya’qidu memiliki makna mengikat sesuatu, jika seseorang mengatakan (aku ber’itiqad begini), itu  artinya saya mengikat hati dan dhamir terhadap hal tersebut. Adapun secara terminologi Aqidah adalah: “Sesuatu yang diyakini, diimani dan yang dibenarkan dengan hati. Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Allah berfirman yang artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136)

Aqidah memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bukan hanya sekedar ilmu, Aqidah juga menentukan kualitas agama dan masa depan seseorang. Mereka yang enggan memahami ilmu akidah tidak jarang memilih jalan yang sesat. Jalan sesat tersebut yang dapat membawa pada masalah-masalah dalam hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan Aqidah pada anak sejak dini. Sebagai orang tua harus bisa membimbing anak pada jalan yang diridhai Allah subhanahuwata’ala.

Peran Aqidah dalam Perkembangan Agama Islam

Aqidah tidak hanya berperan dalam kehidupan seseorang, tetapi juga berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam. Fondasi yang kokoh dalam membangun tiang Agama Islam. Awal dari pembentukan Akhlak yang mulia. Seseorang yang beraqidah tentu melaksanakan ibadah dengan tertib, sehingga akan tertanam dalam dirinya akhlak yang baik. Dasar penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, sehingga ilmu akidah wajib untuk dipelajari setiap umat Islam. Ada beberapa fungsi dan peran aqidah dalam kehidupan manusia:

  1. Sebagai petunjuk hidup yang tepat sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
  2. Melindungi diri agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat.
  3. Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah subhanahuwata’ala.
  4. Menentramkan dan sebagai penenang jiwa.
  5. Memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman juga dalam surah Adz-Dzariyat:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. adz-Dzariyat : 56)

Aqidah seorang hamba menentukan kualitas ibadahnya diterima atau tidak oleh Allah Subhanahu wata’ala. Menyampaikan akidah mulia merupakan misi awal para Rasul-Nya. Sebagaimana hadits di bawah ini. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوْا اللهَ وَاجْتَنِبُوْا الطَّاغُوْتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيْرُوْا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ.  

 Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk  menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilahThaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl : 36)

Berpengang kepada Aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup. Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakanTuhan kami ialah Allah kemudian mereka beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30)

Dan Nabi Shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda:

katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomah-lah (berlaku lurus-lah) kamu.” (HR. Muslim dan lainnya)

Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini. Nabi Shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda:

“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”.(HSR. Al-Hakim)

Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesudah mereka. Seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah telah mengutus umat yang baik yang mana mereka menyutuh manusia untuk berbuat baik dan mencegah hal yang buruk. Allah Berfirman dalam surah Ali Iman ayat 110, yang artinya sebagai berukut:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Di samping itu, Aqidah ini juga mewujudkan naluri ideal (dalam diri manusia) yang dapat mengembangkan manusia demi terwujudkan menjadi makhluk yang sempurna, baik dari segi pemikiranya, atau pun dari segi sepritualitasnya. Begitu juga demi terwujudnya kepribadian berakidah yang berjalan sesuai dengan akal yang terarah, perilaku yang lurus dan siap mengemban misi, tidak seperti kepribadian yang mengalami kesesatan Aqidah, yang berdampak kepada prilaku yang buruk, baik kepada dirinya maupun kepada orang secara umum.

Patut untuk diingat di sini bahwa Aqidah Islam bukan seperti Aqidah (yang didefinisikan oleh) para filsuf yang tidak lebih dari sekedar teori pemikiran yang tersembunyi di sudut-sudut otak manusia. Akan tetapi Aqidah Islam adalah sebuah power yang (bersemayam dan) bergerak di dalam hati dan berpengaruh secara positif pada jiwa dan anggota badan. Dengan ini, orang yang memiliki Aqidah akan terdorong untuk berkiprah di medan jihad dan amal. Atas dasar ini, Aqidah Islam (pada masa kejayaan Islam) telah menjadi sebuah kekuatan yang aktif dan motor penggerak (bagi muslimin) yang telah mampu mengubah perjalanan sejarah, merombak kebudayaan-kebudayaan (yang berlaku kala itu), meletuskan revolusi-revolusi agung dalam kehidupan manusia, baik di bidang tatanan hidup sosial maupun pemikiran dan menciptakan kemenangan militer. Telah kita ketahui bersama bahwa kelompok minoritas (muslim) Makkah yang tertindas telah mampu bertahan selama tiga belas tahun menghadapi kezaliman yang melanda mereka.