Tutup Oktober 2020, Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab UNIDA Gontor Lahirkan Dua Magister Baru Dalam Satu Hari

Oleh: Alfi Mar’atul Khasanah

Sabtu, 31 Oktober 2020, merupakan salah satu hari bahagia bagi keluarga besar Program Pascasarjana Unida Gontor, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Pasalnya, hari itu akan terlahir sosok magister baru Unida. Ujian merupakan hal yang wajib dilalui bagi para penuntut ilmu. Ia berfungsi untuk mengukur kemapuan peserta didik. Dan pada kali ini, akan ada dua mahasiswi yang siap di uji guna mempertanggung jawabkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bertempat di Gedung Pascasarjana Unida Gontor Kampus Pusat, ruang 103 ujian dilaksanakan. Ruang rapat yang sekaligus ruang baca perpustakaan paskasarjana inipun akan menjadi saksi perjuangan calon magister dalam mempertahankan tesisnya didepan para penguji. Ujian Tesis ini dilakukan dalam dua waktu, selepas dhuhur dan selepas ashar.

Tepat pukul 13.00, ruangan itu telah tertata rapi. Pendingin ruangan telah dinyalakan dari sebelumnya, namun entah mengapa ada 1 benda yang sepertinya tak terimbas atas kedinginannya. Sebuah kursi yang terpajang angkuh didepan layar proyektor. Kursi panas, itulah sebutannya. Entah apa salahnya, namun setiap mata yang menatap seolah bergidik ngeri, namun penuh harap. Bermain dengan imaji, bagaimana jika nanti duduk disana? Atau sekedar bertanya pada hati, kapan diri akan duduk ditempat itu?

Adalah Ria Fauziyah Salma, Mahasiswi semester lima yang akan duduk diatas kursi tersebut. Berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan yang terlontar dari ketiga penguji yang berada didepannya. Tak terasa 75 menit berlalu. Dan Dr. Mohammad Muklas, Dr. Abdul Hafidz Zaid dan Dr. Ihwan Mahmudi selaku penguji masih saja duduk tenang sembari melontarkan pertanyaan tanpa peduli suasana ruangan yang kian menegang. Dan akhirnya, mahasiswi tersebut mampu mempertahankan tesisnya yang berjudul  

“تكوين المصطلحات العربية في مجال تكنولوجيا التعليم (Instructional Technology)  دراسة دلالية صرفية”  

Dengan total nilai 94, dan standar nilai A+ yaitu mumtaz. Dan mendapatkan gelar Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Arab ke 91. Dengan ini ia menduduki urutan magister Program Pascasarjana Unida ke 222

Adzan Ashar berkumndang, memanggil seluruh muslim untuk menjalankan kewajibannya. Waktu yang tenang dan damai untuk berdoa. Namun, siapa sangka pada waktu yang hudu’ itu ada seseorang yang sedang menahan kerisasuan hati. Adalah Qudwatun Hasanah, yang sedang berdoa dengan tulus dan khusyu’ di waktu Ashar, kala rintik hujan berjatuhan. Berharap Allah mempermudah ujiannya, sama seperti sahabatnya.

Tepat pukul 15.30, sidang tesis kedua dimulai. Ketiga penguji yakni Dr. Agus Yasin, Dr. Abdul Hafidz Zaid dan Dr. Ihwan Mahmudi telah siap ditempat masing-masing dengan pertanyaannya masing-masing. Suasana menegang, namun yang diuji tetap merasa tenang. hingga akhirnya, mahasiswi tersebut mampu mendapatkan gelar magisternya setelah argumennya dan thesisnya dengan judul

 “تصميم مواد تعليمية لمهارة الكلام لطالبات برنامج الإعداد اللغوي (Matrikulasi)بجامعة دار السلام كونتور”

Dengan nilai 92 dan taqdir A+ yaitu mumtaz. Dengan ini, ia menduduki urutan ke 92 magister Pendidikan Bahasa Arab, dan urutan ke 223 untuk Magister di Program Pascasarjana Unida Gontor.

Behind The Scene

Dibalik kebahagiaan kedua mahasiswi yang baru saja meraih gelar magisternya, ada senyum bahagia yang sangat tulus dari mereka yang tak ingin dikenal dan disebutkan namanya. Beberapa menit sebelum adzan dzuhur berkumandang, ada sosok yang sedang gundah menanti didepan ruang 103, ruang sakral ujian. Pasalnya, ruangan yang harusnya telah tertata rapi itu kini masih digunakan untuk rapat akreditasi Program Doktoral. Itulah bumbu perjuangan bagi para staf Program Pascasarjana dan Staf Prodi PBA. Tepat acara itu selesai, para mijahid itupun bergerak dengan sigap merapikan dan menata ruang ujian. Dinamis, begitulah cara Gontor mendidik. Gerakanpun semakin dipercepat tatkala peserta ujian telah hadir bersama dengan para suporternya. Belum lagi drama terkait banner ujian yang belum terpasang, dan ukurannya sedikit lebih kecil dari tempatnya. Tak cukup sampai di situ, ketika para penguji mulai terlihat lelah, mereka berinisiatif untuk membuatkan minuman bagi para penguji agar kembali merasa segar, tanpa peduli bahwa sejatinya perut merekapun meronta-ronta minta diisi. Semoga, kebaikan antum semua dibalas oleh Yang Maha Kuasa.